Plt. Bupati Imbau Kerjasama Seluruh Pihak Tekan Angka Kematian Ibu dan Anak

 

KUDUS - Angka kematian ibu dan anak di Kabupaten Kudus terus ditekan. Berbagai upaya dibahas dalam pertemuan Diseminasi hasil kajian Audit Maternal Perinatal (AMP). Plt. Bupati Kudus H.M. Hartopo yang membuka kegiatan yang berlangsung di Ruang Bunga Tanjung Hotel @Hom, Kamis (28/11). 

H.M. Hartopo menanti hasil pertemuan agar angka kematian terus menurun. Pasalnya, pada 2019 masih ditemukan 115 kasus kematian ibu dan anak. Meskipun angka tersebut tidak tergolong tinggi jika dibandingkan Kabupaten/Kota lain di Jawa Tengah, namun harus ada progres penurunan kasus. "Saya menunggu hasil kerja tim pertemuan Diseminasi hasil kajian Audit Maternal Perinatal (AMP)," ucapnya.

Kerjasama semua pihak harus terus dilakukan. Sosialisasi dari puskesmas untuk para ibu hamil harus terus dilakukan. Koordinasi yang baik dengan pengurus RT dan RW membantu pemantauan kesehatan para ibu hamil. Para petugas terkait harus jemput bola ke rumah-rumah untuk memberikan pengertian langsung kepada para ibu. Segala kemungkinan yang dapat menyebabkan kematian ibu hamil harus diketahui dari awal termasuk kekurangan gizi. "Petugas puskesmas, bidan desa, dan pengurus RT dan RW harus bersinergi agar kesehatan ibu dan anak dapat terpantau," tegasnya.

Peran Kemenag dan Dinsos Sosial P3AP2KB juga diperlukan dalam perencanaan kehamilan. Dinas terkait diimbau untuk memberikan nasihat kepada calon orang tua untuk merencanakan kehamilan dengan baik. Kesehatan dan pembagian kasih sayang harus menjadi pertimbangan para calon orangtua. Pencegahan lebih diutamakan daripada mengobati "Tak hanya pada saat pernikahan, petugas Kemenag harus memberikan sosialisasi merencanakan kehamilan bagi calon orang tua," terangnya.

Selain itu, H.M. Hartopo berujar agar rumah sakit meningkatkan pelayanannya kepada pasien. Semua pasien dari kalangan manapun harus diterima. Para perawat dan petugas UGD harus dapat melayani dengan sepenuh hati. Pihaknya meminta tidak ada petugas yang membeda-bedakan pelayanan. Setiap pasien yang datang harus diterima untuk diberikan pertolongan pertama "Pelayanan dengan sepenuh hati itu nomor satu. Tidak boleh membeda-bedakan dari kalangan mana-mana," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kudus Joko Dwi Putranto menegaskan peserta kajian AMP yang berjumlah 40 orang datang dari berbagai kalangan. Tujuannya menjaga mutu dan pelayanan kesehatan, mengidentifikasi penyebab kematian dan membuat strategi dan rekomendasi. AMP yang dilaksanakan merupakan tindak lanjut dari kegiatan AMP pada 26 Oktober lalu. Dari pertemuan tersebut pihaknya menjelaskan agar semua rumah sakit diharapkan memiliki bank darah dan semua setiap desa memiliki mobil ambulans desa. "Kami berharap pada pertemuan ini dapat menjadikan angka kematian ibu dan anak menurun bahkan terkecil se-Jateng," harapnya.