Hartopo : Semoga Tradisi Dapat Lestari
KUDUS - Apit merupakan nama bulan sebelum bulan Besar dalam penanggalan Jawa. Apitan sering dikaitkan dengan penyelenggaraan sedekah bumi oleh masyarakat yang bertujuan untuk selamatan sekaligus mensyukuri nikmat Tuhan yang telah diberikan.
Di desa rahtawu, tradisi sedekah bumi digelar dengan cara berbeda dari sedekah bumi daerah lainya, yakni menyelenggarakan 'Langen Beksan Tayub' yang identik dengan menyanyikan tembang Jawa. Hal tersebut disampaikan Bupati Kudus H.M. Hartopo didampingi Kepala OPD terkait, Camat Gebog, dan Kades Rahtawu yang nampak takjub menyaksikan jalanya sedekah bumi di desa Rahtawu, Sabtu (18/6).
"Langen Beksan Tayub yang diselenggarakan Pemdes Rahtawu memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri dalam penyelenggaraan sedekah bumi dan wajib ada, ini salah satu ritual tahunan yang pada intinya ungkapan rasa syukur terhadap hasil bumi," katanya.
Hartopo berpendapat bahwa tradisi sedekah bumi merupakan perwujudan rasa syukur atas nikmat dan karunia yang diberikan oleh Allah, sedekah bumi juga diartikan sebagai sarana memanjatkan doa agar selalu diberi keselamatan dan dijauhkan dari bencana.
"Atas nama pribadi dan Pemkab Kudus, saya sangat apresiasi kegiatan ini. Karena kegiatan ini memelihara rasa guyub, kerukunan, dan gotong royong antar warga desa. Semoga pelaksanaan sedekah bumi desa rahtawu diberikan kelancaran dan dapat terus lestari," harapnya.
Tak lupa, Hartopo juga selalu mengingatkan pada masyarakatnya untuk selalu disiplin protokol kesehatan sebagai ikhtiyar mencegah penyebaran covid-19.
"Meskipun di Kudus landai, tapi ini masih era pandemi. Oleh karena itu, saya selalu mengimbau masyarakat agar disiplin protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran covid-19. Mari bahu-membahu berjuang bersama agar kita dapat lepas dari pandemi," pesanya.
Terakhir, Pihaknya juga meminta doa agar Kudus selalu diberikan kesehatan, kondusifitas wilayah, dan dijauhkan dari bencana.
"Dalam acara sedekah bumi ini, saya mohon doanya agar Kudus selalu diberikan kesehatan, kondusifitas wilayah, serta dijauhkan dari bencana atau marabahaya," pungkasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kades rahtawu Rasmadi Didik Aryadi melaporkan kondisi dan perkembangan desa Rahtawu sebagai desa wisata yang meskipun terdampak pandemi namun tetap dapat menghasilkan PADes.
"Kami melaporkan tentang perkembangan desa Rahtawu. Meski pandemi, PADes tahun 2020 dapat mencapai 43 juta, di tahun 2021 PADes kita meningkat hingga mencapai 98 juta. Target 2022 kami optimis dapat meningkatkan PADes mencapai 350 juta," jelasnya.
Dirinya meminta dukungan pada Pemkab Kudus dalam upaya meningkatkan pariwisata desa yang Ia pimpin hingga akhir masa jabatanya.
"Semoga pariwisata di desa Rahtawu dapat terus berkembang untuk kesejahteraan bersama. Terimakasih kami haturkan pada Pemkab Kudus atas diberikanya SK desa wisata. Saya berharap agar diberikanya fasilitas sarpras untuk menunjang peningkatan wisata di desa rahtawu," pintanya.
Dirinya yakin sinergi yang terjalin baik antara Pemdes Rahtawu dengan seluruh OPD terkait dapat menjadikan desa Rahtawu sebagai pusat tujuan wisata para pelancong.
"Saya yakin atas jalinan sinergi yang terjalin baik antara Pemdes Rahtawu dengan OPD terkait dapat menjadikan peningkatan dari segi pariwisata maupun pertanian hingga mendapat hasil yang memuaskan," tandasnya.
Agus Selamet, warga desa Peganjaran mengaku bahwa dirinya penasaran dan antusias akan pagelaran sedekah bumi di desa Rahtawu yang sedikit berbeda. Oleh karenanya, dirinya rela datang dari tempat yang cukup jauh untuk sekedar menyaksikan pagelaran tersebut.
"Penasaran saja dengan prosesi sedekah bumi di sini karena sudah 2 tahun ditiadakan karena pandemi, makanya sedikit menyempatkan waktu untuk sekedar menyaksikanya. Sekalian bisa berwisata alam dan kuliner di Rahtawu," tutupnya. (*)