Plt. Bupati Dorong RSUD dr. Loekmonohadi Tingkatkan Pelayanan

 

KUDUS - Merespon tantangan global, pelayanan kesehatan pun terus meningkatkan kualitas. Dalam upaya tersebut, Pemerintah Kabupaten Kudus bersama RSUD dr. Loekmonohadi telah mengembangkan aplikasi dan berkolaborasi dengan masyarakat untuk melalukan upaya preventif. Hal tersebut diungkapkan Plt. Bupati Kudus H.M. Hartopo dalam program "Panggung Civil Society" Radio Idola Semarang di Hotel Grand Arkenso Parkview Hotel Simpanglima Semarang, Rabu (4/12). Selain Plt. Bupati, Direktur RSUD dr. Loekmonohadi dr. Abdul Azis Achyar, M.Kes dan pengamat kesehatan masyarakat Undip dr Antono Suryo Putro MPH, PhD menjadi narasumber. 


Berbicara "Revolusi Inovasi Pelayanan Kesehatan Pada era Disrupsi Melalui Hospital Without Wall", H.M. Hartopo menjelaskan saat ini Sistem Penanganan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Kabupaten Kudus selalu update. Masyarakat dapat melihat secara real time ketersediaan ruangan rumah sakit baik swasta maupun negeri dan puskesmas. SPGDT memuat informasi ketersediaan kamar kelas tiga hingga VVIP. Pihaknya menyebut aplikasi sangat memudahkan masyarakat sehingga segera terlayani. "Semua informasi rumah sakit dan puskesmas di Kabupaten Kudus tersedia di SPGDT secara real time 24 jam," ucapnya.

Sebagai rumah sakit rujukan, H.M. Hartopo menyampaikan RSUD dr. Loekmonohadi tidak menolak pasien. Semua pasien yang datang diberikan pelayanan pertama untuk selanjutnya ditangani atau dirujuk. Antisipasi penumpukan pasien di UGD pun dilaksanakan dengan melaksanakan observasi pasien di ruangan. Pihaknya juga selalu mendorong RSUD untuk menempatkan petugas yang bekerja setulus hati di ruang UGD sebagai pelayanan prima kepada pasien. Bahkan untuk memantau kedisiplinan pegawai, Plt. Bupati kerap memimpin apel di RSUD. Peningkatan kelengkapan fasilitas juga terus dilakukan. Rencananya, pada 2020 Pemkab akan membeli MRI

"Kami selalu berupaya meningkatkan pelayanan kesehatan RSUD dengan menjaga kedisiplinan pegawai. Kami juga mengusahakan untuk tidak menolak pasien yang datang," ucapnya.

Plt. Bupati juga menuturkan selama ini Pemkab Kudus dengan RSUD berkolaborasi dengan masyarakat untuk upaya preventif. Pihaknya menyampaikan ke depan akan lebih banyak upaya preventif dan promotif untuk mengurangi resiko penyakit di Kabupaten Kudus. Pola pikir "mencegah lebih baik daripada mengobati" perlu digalakkan kembali. Pemkab Kudus terus berupaya mengajak masyarakat melaksanakan pola hidup sehat.

Direktur RSUD dr. Loekmonohadi dr. Abdul Azis Achyar, M.Kes menyampaikan salah satu upaya kolaborasi dengan masyarakat yang telah dilakukan adalah penanganan pasien penyakit jiwa. Selama ini, pasien penyakit jiwa yang datang ke RSUD cenderung sama karena obat yang diberikan tidak dikonsumsi lagi. Merespon hal tersebut, RSUD meminta masyarakat ikut mengamati pasien penyakit jiwa agar mengonsumsi obat secara teratur. "Kami berkolaborasi dengan masyarakat supaya ikut menjaga pasien penyakit jiwa," terangnya.

Aziz bersyukur karena Pemkab Kudus selalu mendukung peningkatan kelengkapan fasilitas bagi RSUD. Oleh karena itu, sarana dan pengembangan aplikasi seperti K119 untuk gawat darurat di Kabupaten Kudus berjalan dengan baik. Program upaya preventif ke masyarakat juga terus dilaksanakan bekerjasama dengan puskesmas dan ketua RT setempat. Pihaknya pun menyambut baik upaya Plt. Bupati mengajak rumah sakit menggalakkan program preventif ke masyarakat. "Saya bersyukur mendapatkan pimpinan yang selalu melengkapi fasilitas rumah sakit. Kami pun selalu bekerjasama dengan puskesmas mengupayakan masyarakat Kudus yang sehat," ucapnya.

Sementara itu, pengamat kesehatan masyarakat Undip dr Antono Suryo Putro MPH, PhD menyampaikan untuk menekan jumlah pasien, rumah sakit harus berperan aktif melakukan upaya preventif. Biasanya upaya preventif dilakukan oleh Puskesmas. Namun mengingat keterbatasan SDA dan SDM, rumah sakit harus turun tangan melakukan preventif dan promosi. 
Tantangannya, manajemen rumah sakit harus mau mengubah pola pikir yang biasanya fokus pada pengobatan pasien, sekarang tugasnya bertambah yakni mengupayakan preventif dan promotif. Pihaknya menyampaikan jika pemerintah kabupaten/kota serius mengajak rumah sakit berkontribusi dalam upaya preventif, anak muda harus dijadikan sasaran preventif untuk mengurangi resiko penyakit tak menular di masa depan. 

"Jangan hanya memikirkan pasien, kali ini kita juga harus berpikir bagaimana masyarakat yang belum/tidak sakit agar tidak berobat. Preventif lebih penting daripada mengobati. Kuncinya rumah sakit harus mau melakukan upaya preventif dan promosi, tak hanya fokus pada pengobatan," jelasnya.