H.M. Hartopo : Gengsi Hambatan Meraih Sukses

KUDUS - Generasi milenial adalah calon pemimpin di masa yang akan datang. Perlu adanya pelatihan dan pendidikan agar pemimpin di masa mendatang mampu mengatasi masalah dan menjadi agen perubahan. Maka dari itu, Kawah Kepemimpinan Pelajar (KKP) diadakan. Selain mendapat gemblengan, sebanyak 400 siswa dari 29 SMP di Kabupaten Kudus, juga mendapat materi kebangsaan, kreativitas, kedisplinan, dan kepedulian. Mereka melaksanakan kegiatan tersebut di Bumi Perkemahan Kajar dimulai pada Selasa (15/10) hingga Rabu (16/10).

Merujuk pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan secara eksplisit bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, pengembangan potensi siswa diharapkan agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kudus Joko Susilo menjelaskan tujuan diadakannya Kawah Kepemimpinan Pelajar. Pertama, kegiatan tersebut agar peserta mampu menjadi pemimpin muda memiliki karakter yang baik, patriotik, dan pola pikir yang kritis. Kedua, peserta diharapkan dapat semakin mencintai tanah air, menumbuhkan semangat kebersamaan. "Tujuan tersebut ingin kita capai agar pemimpin muda masa depan Indonesia semakin bersinar," terangnya.

Sementara itu, Plt. Bupati Kudus H.M. Hartopo mengingatkan pentingnya semangat dan jiwa korsa agar dimiliki oleh para peserta. Ia menambahkan, jiwa korsa dapat dipupuk dari saling mengenal antar peserta. Selain itu, jika memiliki jiwa korsa, peserta akan mampu merawa silaturahmi hingga masa tua nanti. "Kalian harus punya jiwa korsa, kebersamaan itulah yang nantinya akan membuat kalian hebat dimana dapat bertukar pikiran dan saling menjaga silaturahmi," jelasnya.

H.M. Hartopo juga menasehati para peserta agar tidak gengsi dalam menjalani kehidupan. Ia mencontohkan, pada masa lampu H.M. Hartopo pernah menjadi kondektur bahkan menjadi asisten rumah tangga demi menghidupi sekolahnya. Bahkan, H.M. Hartopo sempat putus sekolah karena tak sanggup membayar uang bulanan sekolah. Namun, ia tak patah arang dan tetap bekerja keras agar mampu meraih kehidupan yang lebih baik.

"Jangan gengsi. Kalau kalian gengsi, itu menghambat kalian untuk sukses. Pak Hartopo dulu pernah jadi kondektur, pernah jadi asisten rumah tangga. Kalau pak Hartopo gengsi, mungkin saat ini tidak bisa berdiri dihadapan kalian semua. Terus semangat dalam meraih cita-cita dan jangan sekalipun gengsi" tuturnya.