Angkat Cita Rasa Baru, Hartopo Seduh Kopi Muria dengan Air Tiga Rasa

 

KUDUS - Agrowisata di kawasan Gunung Muria kembali menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Kudus. Kali ini, Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Kudus H.M. Hartopo mengunjungi lokasi Air Tiga Rasa Rejenu di Desa Japan untuk mengangkat potensi destinasi wisata. Dengan bersepeda, dirinya menyusuri jalanan Desa Japan sambil menikmati pemandangan alam nan asri pada Sabtu pagi (24/10/2020). Terdapat tiga pilihan wisata dalam lokasi tersebut, yakni wisata religi di Makam Syaikh Sadzali Rejenu, serta wisata alam di sumber mata Air Tiga Rasa dan Perkebunan Kopi Muria khas Desa Japan.

Di sana, Hartopo mencoba mengangkat cita rasa baru bagi pecinta kopi dengan memadukan kekhasan Kopi Muria Desa Japan dengan air tiga rasa. Perpaduan tersebut memunculkan tiga cita rasa baru yang khas sesuai karakter tiga sumber mata air. Usai membuat dan mencicipi secara langsung, Hartopo mengungkapkan cita rasa yang dihasilkan. Kopi yang diramu dengan sumber mata air pertama memiliki rasa asam yang dominan, kopi kedua mempunyai rasa soda yang kuat, dan kopi ketiga memiliki rasa yang lebih lembut.

"Ternyata, setelah kita bandingkan pakai air biasa memang beda. Kalau pakai air tiga rasa ada rasa asam yang dominan dengan sedikit rasa soda. Rasa kopinya masih terasa, cuma rasa asam dan soda lebih dominan. Selama ini, yang terkenal di sini kan air tiga rasa saja, maka kita coba inovasi lewat kolaborasi kopi dengan air tiga rasa," ungkapnya.

Selama ini, air tiga rasa memang terkenal memiliki kombinasi rasa asam dan rasa soda. Karakter yang dihasilkan pun berbeda-beda sesuai letak sumber mata air di Sendang Petilasan Rejenu. Oleh sebab itu, inovasi tersebut diharapkan turut mengangkat potensi wisata alam dan kuliner di Desa Japan.

"Harapan kami, di dalam pemberdayaan desa sebagai destinasi wisata ini harus selalu berkembang. Disamping membutuhkan kreativitas dan inovasi, memang harus ditunjang dengan perencanaan dan pengelolaan yang tepat," kata Hartopo.

Disamping itu, Hartopo juga menyempatkan diri untuk berinteraksi dengan para pedagang buah di Desa Japan. Ternyata, buah-buahan yang dijual merupakan hasil perkebunan yang dikelola oleh warga setempat. Sehingga, menurut Hartopo, Desa Japan memiliki potensi lagi sebagai kawasan penghasil buah-buahan. Apabila dikelola dengan baik, dirinya yakin dapat semakin menarik minat wisatawan.

"Memang betul, dari buah-buahan ini diminati oleh wisatawan. Sehingga kedepan bisa lebih dikelola lagi, agar wisatawan dapat memetik sendiri dan hasilnya ditimbang dengan harga yang ditetapkan. Jadi, mereka para wisatawan merasa puas bisa memilih dan memetik buah sendiri," pungkasnya.